Belasan orang dengan tunggangan motor trail lagi
asyik duduk-duduk di bawah rindangnya pohon di kaki Gunung Arjuna,
Malang, Jawa Timur. Mereka sedang istirahat setelah ber off road-ria di
sekitar Gunung Arjuna yang dikelilingi oleh lahan pertanian milik
masyarakat sekitar. Lagi enak-enaknya ngobrol ngalor ngidul, tiba-tiba
datang 2 orang petani dengan membawa sabit yang berkilau tajam. Dengan
wajah tidak bersahabat, petani tersebut ngomong, “apa kalian yang minggu
kemarin main trail disini? Banyak tanaman kami yang rusak karena
dilindas motor, ayo siapa yang bertanggung jawab?”
Sepenggal
kisah di atas adalah kisah nyata yang dialami seorang teman yang ikut
rombongan trail tersebut. Kisah tersebut mungkin tidak banyak (atau
belum banyak) terjadi, namun bisa saja kedepannya akan menjadi masalah
besar kalau kegiatan trail adventure atau offroad roda dua tidak diikuti
dengan etika dalam berkegiatan. Bisa-bisa masyarakat atau petani di
sekitar jalur offroad akan menolak kehadiran motor trail. Wah kalau
sudah begini, maka yang rugi brother juga khan, karena tidak bisa leluasa lagi menikmati hobby trail.
Terus
gimana dong, apa yang mesti kita lakukan agar kita tetap bisa
ber-trail-ria tanpa menimbulkan gesekan? Yang diperlukan adalah etika.
Ketika bicara tentang etika dalam off road, maka setidaknya kita akan
bicara dua hal yaitu etika sosial dan etika lingkungan.
Etika terhadap lingkungan menjadi sangat penting diperhatikan, karena kegiatan offroad itu kita
memanfaatkan alam sebagai media. Artinya setiap kegiatan di alam,
apapun bentuknya, akan punya potensi untuk merusak alam atau hutan.
Bicara tentang hutan harus melihatnya dari pandangan yang lebih luas
yaitu hutan sebagai ekosistem. Hutan bukan hanya berisi kayu semata,
namun juga ada kehidupan lainnya seperti satwa liar yang juga patut
diperhatikan kelestariannya.
Lho kegiatan
offroad khan tidak sampai merusak atau menebang kayu di hutan? Itu kalau
kita bicara hutan hanya sebatas kayu. Tapi pemikiran kita harus dibuka
lebih luas lagi bahwa hutan itu adalah sebagai sebuah ekosistem yang
berisikan tumbuhan, satwa, tanah dan juga masyarakat lokal yang
memanfaatkan hutan untuk kehidupan mereka.
Seorang
teman bicara, “bos kalau kita sih sudah peduli soal alam dalam kegiatan
trail, buktinya beberapa waktu yang lalu kami terlibat dalam
penghijauan”. Wah bagus sekali kegiatan penghijauan itu, namun maaf bro
kalau kita bicara soal hutan bukan sekedar soal penghijauan saja, karena
penghijauan yang mungkin hanya sekali itu menjadi tidak
banyak berarti kalau etika kita terhadap alam belum terbangun. Apalagi
kalau penghijauan itu hanya sekedar menanam saja, tanpa diikuti program
perawatan, ya jadi percuma, karena pohon yang ditanam akan mati.
Etika
sosial dan lingkungan yang justru perlu kita bagun, karena kalau sudah
punya etika, maka semuanya akan menjadi lebih baik. Beberapa etika
sosial dan lingkungan dalam offroad motor trail antara lain:
- Ketika melalui jalan umum termasuk jalan di perkampungan, kendarailah motor dengan santun, tidak perlu kebut-kebutan atau ‘mbleyer-mbleyer’ knalpot. Jika ada anak kecil atau hewan ternak melintas, kasih kesempatan anak kecil atau binatang itu lewat terlebih dahulu, jangan main seruduk aja.
- Ketika konvoi lewat jalan raya, jangan sampai mengganggu pengguna jalan lainnya. Ingat jalan umum adalah milik semua orang, hargai juga orang lain yang mau lewat.
- Jika offroad di sekitar ladang atau lahan pertanian, jangan sekali-kali melindas tanaman petani. Jika itu terjadi karena ‘kecelakaan’, segera minta maaf ke petani dan kalau perlu mengganti biaya kerusakan tersebut.
- Ketika sedang haus-hausnya karena dihajar medan offroad, tiba-tiba melintas di kebun apel yang ranum buahnya, hemmm jadi ngiler dan langsung main petik apel saja. Upssss jangan lakukan itu, kalau memang haus coba minta dengan baik-baik ke petani tersebut, jangan main comot aja bro..
- Minimalkan membuka jalur offroad baru yang itu membuka hutan, lebih baik gunakan jalur yang sudah ada saja.
- Ketika di jalur offroad berpapasan dengan petani atau penduduk desa, beri kesempatan mereka terlebih dahulu untuk lewat.
- Jangan pernah membuang sampah plastik, botol minuman atau putung rokok ketika offroad. Sampah-sampah itu sangat sulit hancur secara alami, jadi bisa-bisa di hutan jadi penuh sampah nantinya. Putung rokok juga bisa menimbulkan kebakaran hutan, apalagi di musim kemarau panjang. Bawalah selalu kantong sampah dan tempat untuk putung rokok anda.
- Jika ada binatang liar melintas di jalur offroad, kasih kesempatan binatang itu lewat dulu. Jangan main tabrak aja, apalagi kalau binatang itu binatang langka yang dilindungi, bisa-bisa kita kena pidana karena membunuh binatang dilindungi itu ancaman penjaranya 5 tahun….hiii ngeri khan. Dan lagian binatang itu adalah penghuni asli hutan, mereka yang lebih dulu ada dibanding kita. Nah sebagai “tamu” kita patut punya etika di “rumah” para binatang liar tersebut.
- Ada pandangan yang keliru tentang knalpot. Katanya knalpot yang suaranya menggelegar itu identik dengan laju motor yang kencang? Ah itu kuno bro, justru sekarang dunia dirt bike internasional lagi ramai-ramai mengurangi kebisingan suara knalpot. Di USA dan Eropa kalau kita mau offroad atau bahkan pertandingan motocross itu sudah diatur soal kebisingan knalpot, beberapa negara membatasi maksimum 96 Db. Kalau lebih dari itu, yah tidak diperbolehkan. Semua pabrikan knalpot trail ternama seperti FMF dan Pro circuit sekarang itu justru memproduksi knalpot yang tingkat kebisingan rendah, namun dengan tenaga dahsyat! Jadi kalau masih ada yang berfikir motor trail itu harus suara knalpotnya menggelegar bagai halilintar, pikiran itu perlu ditendang jauh-jauh, maaf itu pandangan jadul bro
- Minimalkanlah offroad di hutan pada malam hari, karena offfroad di malam hari itu suara motor akan lebih terdengar nyaring. Ini berpotensi lebih menggangu bagi penduduk desa yang berada di dekat jalur offroad, dan pasti mengusik ketenangan binatang hutan yang lagi nyenyak tidur. Bisa-bisa ada monyet yang jatuh dari pohon, karena kaget dengan deru motor! Apalagi para petani itu di malam hari khan sudah capek-capeknya, sehinga perlu istirahat setelah seharian bekerja keras di ladang. Jangan sampai mereka terganggu dengan kehadiran kita di malam hari, apalagi dengan suara motor yang meraung-raung.
(sumber: CHEELA Motoadventure).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar